Menjadi pedagang sangat dianjurkan oleh agama Islam, dengan kejujuran dan taat dengan agama harus mutlak dilaksanakan seperti Ibu Sirin. Dia {Ibu Sirin} adalah seorang pedagang yang sangat jujur, taat, dan yakin akan rezeki akan datang dengan pertolongan Allah SWT.
Pedagang muslim jujur taat seperti Ibnu Sirin, Insha Allah. |
Profil Ibnu Sirin.
Nama lengkap Ibu Sirin adalah Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri yang lahir pada tahun 33 H.653-4 M dan wafat pada tahun 110 H/729 M. Rentang waktu ini Ibnu Sirin merupakan penganut agama Islam yang sangat taat, seorang ahli fiqih serta perawi hadits yang termasuk dalam golongan tasbi'in yang bertempat tinggal di Bashrah, Irak. Sangat sholehnya, Ibu Sirin mempunyai kemampuan menakwilkan mimpi dan sangat disegani oleh masyarakat pada waktu itu karena seorang pedagang yang sangat jujur.
Dilihat silsilah keluarga seperti Ayah Ibnu Sirin adalah seorang ahli pembuat periuk tembaga. Sempat tertawan oleh Khalid bin Walid pada saat perjalannya di Ain at-Tamar. Setelah menjadi budak tetapi Ibnu Sirin membuat sebuah perjanjian untuk memerdekakan dirinya dengan beberapa jumlah uang dari Anas bin Malik.
Ibnu Sirin melanjutkan kehidupan dengan menikahi Sharifiyah, wanita ini adalah seorang budak dari Abubakar ash-Siddiq. Prosesi pernikahan ini dihadiri oleh isteri dari Nabi Muhammad beserta 18 {delapan belas} Sahabat Nabi yang pernah mengikuti perang besar yaitu perang badar. Pada prosesi pernikahan ini Ubay bin Ka'ab sebagai pemimpin doa dalam acara ini.
Seorang Ibnu Sirin mempelajari agama Islam dan meriwayatkan Hadits Rasulullah dari Abu Hurairah, Abdullah bin Zubair, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, dan Imran bin Husain. Periode Ibnu Sirin dilahirkan pada masa berakhirnya pemerintahan Utsman bin Affan. Ibnu Sirin mempunyai banyak anak dari isterinya ini tetapi hanya satu orang yang tumbuh dewasa. Anak Ibnu Sirin bernama Abdullah.
Kisah Perjalanan Hidup Ibnu Sirin Sebagai Pedagang Berpengaruh.
Kisah Pertama.
Menurut tausiah dari Ustadz Dr. Khalid Basalamah, Ibnu Sirin ini merupakan pedagang, pengecer, atau penjual yang sangat terkenal di masanya. Diibaratkan sebagai ulama yang sangat berpengaruh karena kentalnya iman kepada Allah SWT yang menyertai keseluruhan sendi kehidupan bisnis yang Ibnu Sirin rintis dan lakukan.
Singkat cerita, pada waktu itu ada seorang datang kepada Ibnu Sirin menawarkan keju yang sangat lezat dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat karena jenis makanan ini begitu lezat dan pendamping makan roti. Pedagang yang menawarkan kepada Ibnu Sirin jenis keju sekitar ratusan kilogram {ratusan dirham} yang dia bawa dengan perhitungan skema bisnis yang cukup bagus dan strategis mulailah transaksi ini dimulai. Tetapi keju yang dibawa ini merupakan hasil produksi dari kaum nasrani.
Pedagang : Hai Ibnu Sirin, engkau belilah keju yang saya bawa ini dan dijual di toko mu. Dengan perhitungan yang sudah dibahas.
Ibnu Sirin : Saya mau bertanya, apakah keju yang kamu bawa ini dijamin kehalalannya?. Demi Allah SWT, jika kamu bisa menjamin kehalalannya dan bisa mempertanggungjawabkannya di hari kiamat maka akan saya beli semua.
Pedagang : Kalau begitu saya tidak bisa menjamin kehalalannya hai Ibnu Sirin.
Ibnu Sirin : Jika kamu tidak bisa menjamin, bagaimana saya bisa mempertanggungjawabkan kepada umat Muslim semua keju mu ini. Dan Demi Allah SWT, saya akan diperkarakan oleh Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Dengan teguhnya pendirian Ibnu Sirin ini maka pedagang ini tidak dapat menjual keju ini, tetapi ada pihak lain di sekitar pasar dekat dengan toko Ibnu Sirin {yang kurang imannya} membeli dan menjual kepada seluruh konsumen.
Kisah Kedua.
Kisah lain setelah Ibnu Sirin melakukan pembelanjaan toko nya sudah penuh dengan jenis barang yang telah tersusun rapi. Tiba seorang pedagang madu yang menawarkan kepada Ibnu Sirin untuk menjualkan madu supernya kepada konsumen di pasar ini dengan sistim cash. Tetapi Ibnu Sirin tidak mempunyai uang cash untuk mebeli madu yang ditawarkan pedagang ini berjumlah ratusan kilo dengan ukuran tong yang sangat besar.
Dengan perkataan Ibnu Sirin dengan tidak mempunyai uang tunai untuk mebeli semua madu ini maka diberilah tempo 3 minggu untuk menjual hasil madu ini. Setelah persetujuan sepakat kedua belah pihak, Ibnu Sirin akan menjual madu ini. Setelah madu diletakkan dan hari berganti malam dan toko sudah mulai ditutup, Ibnu Sirin lupa menutup tong madu tadi sehingga keesokan harinya beliau melihat ada tikus mati di dalam saluran madu tadi yang lupa ditutup.
Alangkah terkejutnya Ibnu Sirin dengan situasi ini, dengan tidak mau mengambil resiko dan adanya binatang tikus mati dan sudah bernajis maka Ibnu Sirin menyuruh orang untuk membuang keseluruhan madu ini ke aliran sungai supaya tidak bisa dikonsumsi oleh kaum muslimin.
Dengan keteguhan hati dan iman kepada Allah SWT dengan pertimbangkan, walau hanya sedikit yang terkena najis dapat dibuang beberapa dan sisanya bisa dijual kembali. Tetapi, Ibnu Sirin tidak bisa menerima. Dengan alasan, dibagian mana tidak ada najis dan posisi dimana madu yang masih layak dijual. Dengan kesimpulan ini Ibnu Sirin membuang keseluruhan madu ini.
Setelah minggu ketiga datang, penjual madu ini menagih penjualan madu ini kepada Ibnu Sirin dan Ibnu Sirin baru mampu mengumpulkan setengah dari hasil penjualan tokonya. Kemudia diminta tenggang waktu tiga minggu lagi. Setelah jatuh tempo Ibnu Sirin baru mampu mengumpulkan tiga perempat dari total madu tadi. Sisanya, Ibnu Sirin tidak mampu melunasinya. Maka si pedagang melaporkan kepada pihak pengadilan untuk menuntut Ibnu Sirin karena tidak mampu membayar hutang.
Setelah memasuki di persidangan, terjadilah argumentasi yang menyatakan bahwa Ibnu Sirin belum melunasi hutangnya dan Ibnu Sirin menjelaskan kronologisnya tadi. Sang hakim memvonis Ibnu Sirin untuk masuk penjara karena masalah ini dan Ibnu Sirin menyanggupinya dan dia mengakui pantas menerimanya.
Berita ini sampai keseluruh negeri, dan penduduk berinisiatif mengumpulkan dana untuk membantu Ibnu Sirin. Ternyata, Subhanallah. Total uang yang terkumpulkan dapat melunasi hutang Ibnu Sirin dan bisa membeli sepuluh tong madu lagi pengganti madu yang sudah rusak tadi.
Pelajaran Ibnu Sirin Untuk Pedagang Islami.
Rahasia rezeki dari Allah SWT memang tidak ada pintunya. Buktinya jalan keluar dari Ibnu Sirin ini menjadi pencerahan buat pedagang yang Islami untuk melakukan perniagaan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada satu pun makhluk yang melata di bumi kecuali atas Allah rezekinya” (QS. Hud: 6)
Percayalah, Allah SWT Maha Kaya. Dia lah yang mengatur rezeki seluruh makhluk yang ada di permukaan bumi ini. Jika kita bertawakal dan jujur maka Allah SWT akan memudahkan seluruh urusan. Semoga, rahasia rezeki Ibnu Sirin ini dapat kita contoh untuk pedagang dan penjual dalam bisnis apapun yang lebih Islami.
Sumber : Wikipedia dan Udstaz Dr. Khalid Basalamah.
No comments:
Post a Comment