Translate

Wednesday, December 21, 2016

Nagari Koto Anau

Nagari yang terletak di kaki gunung talang ini bernama Koto Anau. Nagari yang elok dikelilingi sawah dan perairan yang cukup baik setiap hari menjadi topik bahasan yang cukup menarik untuk dibaca. Nagari Koto Anau mempunyai sebuah pasar atau pakan kamih {kamis} yang berada di lokasi balai. Lokasinya tidak begitu luas tetapi cukup tersedia penjual beberapa hasil bumi untuk dijual kepada pembeli yang tersebar dari Nagari Koto Anau dan Nagari sekitar. Tempat bertemunya penjual dan pembeli menjadi pasar atau pakan kamih {kamis} yang selalu ditunggu oleh warga nagari untuk membeli semua kebutuhan yang bisa mereka beli dengan beraneka takaran berat dan harga. Nagari Koto Anau yang mempunyai cerita dan sejarah yang masih terasa dengan beberapa peninggalan yang masih dapat dilihat sampai sekarang.

Profil Koto Anau


Lokasi di balai Nagari Koto Anau
Nagari Koto Anau salah satu bagian dari konfederasi Kubuan Tigo Baleh secara adat nagari termasuk sebagai Nagari Adiak. Koto Anau berarti koto nan anam merefleksikan enam buah koto (kampung) yaitu berada di area wilayah Kerajaan Koto Anau pada waktu penjajahan Belanda. Nagari yang dimaksud adalah Batu Banyak, Batu Bajanjang, Limau Lunggo, Koto Laweh, Koto Gadang, dan Tanah Sirah. 

Berkembang jaman dan waktu nagari yang masuk kedalam Kerajaan Koto Anau tersebut memisahkan diri dan ingin membangun nagari mereka masing-masing seperti Batu Banyak, Batu Bajanjang, Limau Lunggo, dan Koto Laweh. Sisanya Koto Gadang dan Tanah Sirah lah yang masih mau bergabung masih bertahan dengan Koto Anau sebagai nama besar nagarinya. Sebagian orang menyebut Nagari Koto Anau ini disebut Koto Gadang sebagai pusat nagari.  

Kenapa nama Koto Anau?


Tentu dengan nama Koto Anau ingin kita bahas asal nama ini. Versi lain dari pohon enau (aren) yang tumbuh kokoh ditengah koto. Pohon ini banyak sekali memberi manfaat mulai dari tempat berlindung, memberikan hasil produktif, dan dapat dimanfaatkan keseluruhan struktur pohon. Faktanya, pohon enau dapat digunakan mulai dari akar sampai dengan pelapah daun. Jadi asal mula nama Koto Anau diambil dari jenis pohon ini.

Geografi Koto Anau.


Nagari Koto Anau merupakan daerah konfederasi Kubuang Tigo Baleh yang terletak di daerah Kabupaten Solok. Proses yang sangat panjang nagari ini mulai dari penjajahan Belanda hingga Indonesia merdeka dengan keelokannya. Koto Anau mempunyai sebuah kerajaan yang merupakan bagian dari Kerajaan inti di Minangkabau yaitu Kerajaan Pagaruyung. Setelah kekalahan Perang Paderi dan masuknya Indonesia merdeka kerajaan ini tidak eksis lagi, Nagari Koto Anau terletak di Kecamatan Lembang Jaya.


Baca:



Lokasi yang terletak di lereng bukit dengan berlimpahnya sumder daya alam air maka Nagari Koto Anau mempunyai hasil bumi yang sangat berkualitas seperti beras, cengkeh, dan hasil perkebunan lainnya. Luas Nagari Koto Anau sekitar 48 Km2 yang terbagi menjadi beberapa areal; persawahan 1.300 Ha, kebun/ladang 1.550 Ha, perumahan 800 Ha, lainya 1.550 Ha.

Georagrafi yang berbatasan beberapa nagari sekitar. Utara berbatasan dengan Nagari Muara Panas {Kecamatan Bukit Sundi}, Selayan berbatasan dengan Batu Banyak serta Limau Lunggo, Barat berbatasan dengan Nagari Cupak {Kecamatan Gunung Talang}, Timur berbatasan dengan Nagari Parambahan {Kecamatan Bukit Sundi}.

Nagari Koto Anau mempunyai geografi alam yang banyak dilalui saluran air. Air yan melalui Nagari Koto Anau digunakan untuk mencuci dan kegiatan sehari-hari. Untuk mandi masyarakat biasanya langsung ke pincuran yang tersedia di setiap surau di seluruh Nagari Koto Anau. Untuk air minum atau masak menggunakan mata air bersih yang ada di Nagari Koto Anau.

Dengan berlimpahnya air yang mengalir ke Nagari Koto Anau terutama debitnya cukup kuat, dengan hulu dari Danau Kembar {Danau Diatas dan Dibawah} dan bermuara ke Danau Singkarak pernah dibangun PLTA. Proses pembangunan diperkirakan pada tahun 1956 dengan pembangkit diesel sampai tahun 1968. Karena keterbatasan perawatan maka penggunaan pembangkit yang telah dibeli dengan dana swadaya masyarakat terhenti. Lebih dari 10 tahun masyarakat Nagari Koto Anau telah menikmati tenaga listrik terbatas.

Adat Istiadat Nagari Koto Anau.


Nagari Koto Anau terdapat tiga suku; Caniago, Melayu, dan Tanjuang. Suku Melayu dipecah lagi menjadi lima korong; Bendang, Madailiang, Melayu, Panai, dan Sikuaji. Suku Caniago dipecah lagi menjadi empat korong; Caniago Sungai Dareh, Caniago Laweh. Caniago Hilia {Supanjang}, dan Caniago Taruk Marunggai. Dan Suku Tanjuang juga empat korong: Kutianyia, Payobada, Sikumbang, Tanjuang. 

Nagari Koto Anau masih menerapkan adat istiadat yang cukup kuat. Dapat dilihat dari peninggalan rumah gadang selalu menghadap ke gunung talang yang dihormati oleh masyarakat Nagari Koto Anau. Awal pendirian rumah gadang ini dimulai awal pra-Islam pada zaman dulu dimana pada waktu itu masih menganut kepercayaan menghadap ke puncak gunung dimana Kerajaan Nagari Koto Anau masih merujuk ke Kerajaan Pagaruyung. 

Keadaan Nagari Koto Anau Sekarang.


Nagari Koto Anau yang terkenal dengan hasil cengkehnya pada zaman dulu kini tinggal kenangan. Sekitar tahun 1970-an sebagai pemasok utama cengkeh di Sumatera Barat bahkan Tengah mulai diserang penyakit mati muda dan cepat mengering. Diberi nikmat yang sangat luar biasa sebelumnya dengan banyaknya penduduk sekitar datang ke Nagari Koto Anau untuk mengadu nasib untuk memperbaiki taraf hidup.

Tetapi itu hanya kenangan, pada saat sekarang hanya bisa melihat saksi bisu dari gudang cengkeh yang ada di balai, dan rumah Kerajaan Nagari Koto Anau. Ini merupakan bukti sejarah yang masih bisa dilihat sampai sekarang.

Sejak cengkeh tidak banyak menghasilkan seperti waktu jayanya, sekarang banyak masyarakat Nagari Koto Anau bermigrasi atau merantau ke luar Nagari untuk memperbaiki taraf hidup seperti berdagang, bekerja swasta, dan di pemerintahan. Masih banyak ditemukan perantau Nagarai Koto Anau di kota Padang, Pekanbaru, Batam, Jakarta, dan luar negeri. Dengan mencari peruntungan dinegeri orang untuk membangun nagari yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.



No comments:

Post a Comment