Translate

Sunday, October 2, 2016

Sejarah Kubuang Tigo Baleh

Mari kita belajar sejarah Kubuang Tigo Baleh. Ini merupakan sejarah terbentuknya sistem pemerintahaan di Minangkabau yang tidak terpisahkan dari Kerajaan Pagaruyung. Nama Kubuang Tigo Baleh merupakan nama lain dari Solok Selayo. Pada awalnya daerah Kubuang Tigo Baleh dimulai dari Danau Singkarak sampai ke Talago Puro, Talago Gadang {Danau Kembar} dan sampai ke Pesisir Selatan.

Sebagai anak dari Minangkabau harus mengetahui sejarah dari adat dan istiadat termasuk istilah yang sering didengar dan dibaca. Tetapi kita semua tidak mengetahui apa sebenarnya makna dari istilah tersebut. Seperti sejarah Kubuang Tigo Baleh ini. Istilah ini masih ada hubungan dengan kerajaan yang ada di Minangkabau pada waktu itu dan menyebar keseluruh nagari yang ada di Sumatera Barat.

Kubuang Tigo Baleh adalah Konfederasi Koto atau Nagari yang berjumlah tigo baleh {tiga belas}. Anggota yang tergabung dalam konfederasi ini sering berubah sesuai dengan perkembangan zaman, walau mereka keluar dari anggota konfederasi tetapi mereka juga mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan anggota Kubuang Tigo Baleh.

Cerita awal Kubuang Tigo Baleh dimulai sejak adanya perbedaan antara pemimpin dan Tigo Baleh kaum dengan penguasa atau Raja di Pariangan sekitar abad ke 12. Terjadinya pertentangan pendapat mengenai kebijakan dari penguasa yang telah melanggar kesepakatan atau musyawarah untuk pengambilan sebuah keputusan pada saat itu. Jadi menurut mereka hanya mengutamakan kekuasaan bukan dari kesepakatan bersama. Kedudukan penguasa atau Raja pada waktu itu mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi maka Tigo Baleh kaum ini pindah atau hijrah ke daerah Bukit Tigo Baleh Agam antara daerah Simarosok dan Baso. Dilokasi inilah dihuni oleh kelompok Tigo Baleh untuk hidup dan membuat komunitas baru.

Kerajaan Pagaruyung hubungan kuat dengan Kubuang Tigo Baleh
Poto oleh http://suprizaltanjung.wordpress.com/ 


Kenapa namanya Kubuang Tigo Baleh?.


Ada beberapa pendapat yang menyatakan asal mula nama Kubuang Tigo Baleh. Setelah saya membaca buku "Risalah Kubuang Tigo Baleh Solok oleh Ismar Maadis Datuk Putieh SSn" tercatat beberapa penjelasan untuk nama yang dimaksud, tetapi saya mengambil pendapat yang sangat mewakili. 

Kubuang Tigo Baleh berasal dari kata "Aku Buang Tigo Baleh Ninik" {Raja Buang Tiga Belas Ninik} yang menentang keputusan dari penguasa atau Raja Pariangan pada waktu itu. Menurut Raja, Tigo Baleh {Tiga Belas} ninik yang telah menentang keputusan penguasa pada waktu itu dibuang ke daerah Agam.



Siapa saja Ninik Kubuang Tigo Baleh.


Dari buku ini juga menjelaskan siapa saja Ninik yang masuk dalam Kubuang Tigo Baleh. Dikutip dari naskah Tjuraian Asal dari Nagari Solok dan Selayo, cikal bakal dari nama Kubuang Tigo Baleh ini adalah berawal datangnya 73 orang dari Kubuang Agam ke daerah Solok, sekitar Tigo Baleh {tiga belas} menetap di Solok dan Selayo. Mereka inilah yang mendirikan nagari-nagari. Sisanya 60 Ninik melanjutkan perjalanan ke Muara Labuh {Sungai Pagu}.

Menurut tulisan ini, merinci Tigo Baleh {tiga belas} Ninik sebagai berikut,

1. Yang Dipertuan Koto Sungai Bulueh.
2. Nik Lambing.
3. Bagindo Latu.
4. Rancah Tambarau.
5. Murai Batu.
6. Rajo di Kubuang.
7. Yang Dipertuan Padang Galundi.
8. Lantak Kubuang di Selayo.
9. Nik Kubuang di Koto Baru {Batu Kubuang}.
10. Nik Doto di Linjuang Koto Tinggi.
11. Rajo Jihin di Talang.
12. Ula Muro {sekarang Tambiro} di Talang.
13. Bagajabiang di Kinari.


Setelah kaum Tigo Baleh ini bermukim cukup lama dan banyak membuat sejarah seperti nama Tigo Baleh di berbagai tempat dan istilah lainnya yang berhubungan dengan kaum ini. Pada saat adanya kerusuhan di daerah Pariangan yang tidak ada jalan keluar, kerusahan selalu terjadi berulang kali. Jadi penguasa atau Raja ingin meminta bantuan kepada Tigo Baleh ninik ini. Akhirnya penguasa atau Raja di Pariangan meminta bantuan kepada Kaum Tigo Baleh yang telah bertempat tinggal di daerah Tigo Baleh Agam. Setelah beberapa kali utusan dari Pariangan tidak direspon, akhirnya utusan orang tua dari Pariangan bernama Datuk Suri Dirajo diterima oleh Tigo Baleh Kaum dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kerajaan. Keadaan di Paringan sudah mulai menjadi kondusif dari para pengacau yang sudah lama membuat kerusuhan yang tidak bisa dapat terselesaikan oleh penguasa atau Raja pada waktu itu.

Setelah keadaan telah membaik maka Tigo Baleh Kaum yang menempati daerah mulai dari Sumpu, Danau Singkarak, Danau Kembar, dan Talago Gadang di Pesisir Selatan meminta otonomi khusus dan berhak mengurus daerah mereka sendiri. Permintaan ini dikabulkan oleh penguasa atau Raja di Pariangan. Mereka membawa panji-panji nama kebesaran Minangkabau dan membawanya mulai dari Danau Singkarak dan ada beberapa anggota konfedarasi keluar dari kelompok tersebut dan ada pula yang bergabung. Kekuasaan teritiroal ini menyebar sampai ke arah selatan. 

Kebesaran Kubuang Tigo Baleh.


Masa sekarang masih dapat terlihat kebesaran nama Kubuang Tigo Baleh. Seperti pada acara adat besar Minangkabau dengan tanda Destar Bacincin yaitu tutup kepala berbentuk gonjong atau mirip dengan tanduk kerbau dengan dipasang tiga cincin berbentuk. Tanda kebesaran ini masih dipakai pada saat sekarang mulai dari Kota Solok, Kecamatan Bukit Sundi, Gunung Talang, Lembang Jaya atau Danau Kembar. Pada prinsipnya mereka mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat kuat dalam historikal, adat dari X koto di Singkarak sampai ke Solok Selatan Sangir, Pesisir Selatan, Kerinci dan Ampek Nagari.



Daftar Pustaka.
Risalah Kubuang Tigo Baleh Solok oleh Ismar Maadis Datuak Putih SSn. Penerbit CV Bintang Grafika, tahun 2008   



2 comments:

  1. Betul apa tuh, kisah Kubuang Tigo Baleh ?????
    Kalau saya dengar cerita dari orang Cupak Solok lain lagi versinya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya merujuk ke buku yang saya baca, sesuai dengan daftar pustaka. Bapak bisa baca buku ini untuk lebih lengkapnya.. Terima Kasih.

      Delete